Konon telah terjadi pembantaian terhadap Bangsa Armenia oleh Bangsa Turki yang terjadi pada awal abad ke-20, namun banyak pihak yang masih meragukan tuduhan ini dan negara Turki masih menyangkal hal tersebut sebagai genosida.
Latar Belakang
Pada tahun 1915, terjadi peperangan antara Kesultanan Turki dan Kekaisaran Rusia. Saat itu, baik Turki maupun Rusia sama-sama merupakan imperium, dimana negara mereka terdiri dari banyak bangsa. Salah satu dari bangsa-bangsa tersebut adalah Bangsa Armenia. Uniknya, Bangsa Armenia ini berada di perbatasan dan front terdepan peperangan Rusia-Turki, pegunungan Kaukasus.
Bangsa Armenia sebenarnya adalah bangsa yang ingin berdaulat dan memiliki negara sendiri, namun keadaan menyebabkan sebagian dari mereka bergabung dengan Turki dan sebagian lagi bergabung dengan Rusia. Pada Agustus tahun 1914, para perwakilan Bangsa Armenia diundang oleh Turki dalam sebuah pertemuan di Erzerum, Turki bagian timur, dengan harapan bahwa Armenia mau mendukung Turki apabila terjadi peperangan dengan Rusia. Namun, para utusan Armenia tersebut menolak tawaran itu. Penolakan tersebut ternyata dikarenakan Rusia sudah menjajikan kemerdekaan terhadap Armenia apabila mereka membantu dalam peperangan Rusia-Turki yang akan terjadi.
Pada pertempuran musim dingin tahun 1914-1915, Turki mengalami kekalahan telak atas Rusia. Menteri Urusan Perang Turki, Enver Pasha, menyalahkan kekalahan memalukan tersebut kepada penghianat Armenia. Ia memerintahkan semua orang Armenia di angkatan darat untuk dibebastugaskan dan dikirim ke batalian buruh.
Sementara itu di tempat lain, Anatolia, terjadi ketagangan yang semakin mengkhawatirkan. Anatolia dihuni oleh kelompok Muslim, Kurdi dan Kristen Armenia. Kelompok Muslim ini merupakan pengungsi yang diusir oleh Kekaisaran Rusia dari tanah mereka di Kaukasus. Penderitaan kelompok Muslim ini di masa lalu akibat diusir oleh Rusia menyebabkan tumbuhnya kebencian mereka terhadap Bangsa Armenia yang diduga membantu Rusia, ditambah dengan keterlibatan Bangsa Kurdi yang juga kurang suka dengan keberadaan orang-orang Armenia..
Benih Kekerasan
Serdadu Turki yang mengalami demoralisasi akibat kekalahan perang mulai membunuh dan mengganyak perkampungan-perkampungan Armenia. Kelompok nasionalis Armenia pun, yang bersama dengan Rusia, melakukan kekerasan di Kampung-kampung Muslim. Orang Kurdi, yang sejak dulu merupakan musuh bebuyutan Bangsa Armenia, juga terlibat dalam pembunuhan dan pengusiran terhadap orang-orang Armenia di sekitar Anatolia.
Pemberontakan Nasionalis Armenia
Pada bulan April tahun 1915, penduduk Armenia, yang juga sedang menghadapi ancaman dari Rusia, bangkit melakukan revolusi terhadap gubernur daerah Van. Pada tanggal 19 April, mereka berhasil menduduki kota Van dan bertahan disana menghadapi gemburan Turki sampai bala tentara Rusia tiba. Bagi Turki hal ini merupakan konfirmasi terhadap dugaan bahwa orang-orang Armenia merupakan kelompok pembelot yang dapat mengancam perjuangan dalam peperangan.
Deportasi Besar-besaran
Pada tanggal 24 April, Sekutu tiba di Gallipoli dan saat itu juga Turki menahan para elit perkotaan Armenia yang tinggal di Istanbul. Orang Armenia dinyatakan sebagai musuh dalam selimut. Ratusan orang penting lainnya ditahan dalam beberapa minggu berikutnya. Akhirnya pada tanggal 29 Mei, penyerangan terhadap orang-orang Armenia di Turki dijadikan sebagai hukum tertulis. Hukum tersebut mengesahkan pengusiran terhadap orang-orang yang dianggap dapat membahayakan kemanan negara. Hukum ini juga menjadi landasan hukum bagi serdadu Turki untuk mengusir orang-orang Armenia dari Anatolia. Orang-orang Armenia diperintahkan untuk mengungsi ke Irak dan Suriah. Deportasi ini dilakukan secara brutal sehingga menyebabkan tingginya angka kematian.
Pembersihan sebuah desa biasanya dilakukan dengan pembunuhan terhadap kaum pria dewasa yang dianggap potensial sebagai pemberontak, sehingga para pengungsi yang tersisa adalah kaum perempuan dan anak-anak saja. Mereka tidak siap dengan makanan yang cukup selama pengungsian ditambah lagi dengan serangan suku Kurdi disepanjang jalan menuju daerah pengungsian. Saat mereka tiba di daerah pengungsian di Suriah, banyak pengungsi yang pada akhirnya meninggal akibat penyakit dan kekurangan gizi. Beberapa orang Armenia yang berhasil menuju ke pesisir diangkut oleh kapal-kapal Sekutu. Beberapa pengungsi lainnya lari ke daerah kekuasaan Rusia, tapi nasib mereka tidak lebih baik daripada saudara-sudara mereka di Suriah.
Hancur dan bangkitnya Armenia
Daerah teritorial yang sebelumnya dihuni oleh orang-orang Armenia hilang dalam sekejap akibat tergencet oleh kepentingan Rusia dan Turki yang sedang berperang dalam Perang Duni I saat itu. Setelah kekalahan Turki, daerah teritorial Armenia jatuh ke tangan Rusia yang kemudian berganti menjadi Uni Soviet.
Pada tahun 1991, pemerintah Uni Soviet tumbang dan Armenia mendeklarasikan kemerdekaannya. Namun hingga saat ini kasus genosida Armenia pada tahun Perang Dunia I tersebut masih menjadi kontroversi dan dijadikan alat politik. Dikarenakan mayoritas penduduk Armenia adalah Kristen dan Turki adalah Muslim, kasus ini sering dijadikan alat kampanye untuk meraup dukungan.
Latar Belakang
Pada tahun 1915, terjadi peperangan antara Kesultanan Turki dan Kekaisaran Rusia. Saat itu, baik Turki maupun Rusia sama-sama merupakan imperium, dimana negara mereka terdiri dari banyak bangsa. Salah satu dari bangsa-bangsa tersebut adalah Bangsa Armenia. Uniknya, Bangsa Armenia ini berada di perbatasan dan front terdepan peperangan Rusia-Turki, pegunungan Kaukasus.
Bangsa Armenia sebenarnya adalah bangsa yang ingin berdaulat dan memiliki negara sendiri, namun keadaan menyebabkan sebagian dari mereka bergabung dengan Turki dan sebagian lagi bergabung dengan Rusia. Pada Agustus tahun 1914, para perwakilan Bangsa Armenia diundang oleh Turki dalam sebuah pertemuan di Erzerum, Turki bagian timur, dengan harapan bahwa Armenia mau mendukung Turki apabila terjadi peperangan dengan Rusia. Namun, para utusan Armenia tersebut menolak tawaran itu. Penolakan tersebut ternyata dikarenakan Rusia sudah menjajikan kemerdekaan terhadap Armenia apabila mereka membantu dalam peperangan Rusia-Turki yang akan terjadi.
Pada pertempuran musim dingin tahun 1914-1915, Turki mengalami kekalahan telak atas Rusia. Menteri Urusan Perang Turki, Enver Pasha, menyalahkan kekalahan memalukan tersebut kepada penghianat Armenia. Ia memerintahkan semua orang Armenia di angkatan darat untuk dibebastugaskan dan dikirim ke batalian buruh.
Sementara itu di tempat lain, Anatolia, terjadi ketagangan yang semakin mengkhawatirkan. Anatolia dihuni oleh kelompok Muslim, Kurdi dan Kristen Armenia. Kelompok Muslim ini merupakan pengungsi yang diusir oleh Kekaisaran Rusia dari tanah mereka di Kaukasus. Penderitaan kelompok Muslim ini di masa lalu akibat diusir oleh Rusia menyebabkan tumbuhnya kebencian mereka terhadap Bangsa Armenia yang diduga membantu Rusia, ditambah dengan keterlibatan Bangsa Kurdi yang juga kurang suka dengan keberadaan orang-orang Armenia..
Benih Kekerasan
Serdadu Turki yang mengalami demoralisasi akibat kekalahan perang mulai membunuh dan mengganyak perkampungan-perkampungan Armenia. Kelompok nasionalis Armenia pun, yang bersama dengan Rusia, melakukan kekerasan di Kampung-kampung Muslim. Orang Kurdi, yang sejak dulu merupakan musuh bebuyutan Bangsa Armenia, juga terlibat dalam pembunuhan dan pengusiran terhadap orang-orang Armenia di sekitar Anatolia.
Pemberontakan Nasionalis Armenia
Pada bulan April tahun 1915, penduduk Armenia, yang juga sedang menghadapi ancaman dari Rusia, bangkit melakukan revolusi terhadap gubernur daerah Van. Pada tanggal 19 April, mereka berhasil menduduki kota Van dan bertahan disana menghadapi gemburan Turki sampai bala tentara Rusia tiba. Bagi Turki hal ini merupakan konfirmasi terhadap dugaan bahwa orang-orang Armenia merupakan kelompok pembelot yang dapat mengancam perjuangan dalam peperangan.
Deportasi Besar-besaran
Pada tanggal 24 April, Sekutu tiba di Gallipoli dan saat itu juga Turki menahan para elit perkotaan Armenia yang tinggal di Istanbul. Orang Armenia dinyatakan sebagai musuh dalam selimut. Ratusan orang penting lainnya ditahan dalam beberapa minggu berikutnya. Akhirnya pada tanggal 29 Mei, penyerangan terhadap orang-orang Armenia di Turki dijadikan sebagai hukum tertulis. Hukum tersebut mengesahkan pengusiran terhadap orang-orang yang dianggap dapat membahayakan kemanan negara. Hukum ini juga menjadi landasan hukum bagi serdadu Turki untuk mengusir orang-orang Armenia dari Anatolia. Orang-orang Armenia diperintahkan untuk mengungsi ke Irak dan Suriah. Deportasi ini dilakukan secara brutal sehingga menyebabkan tingginya angka kematian.
Pembersihan sebuah desa biasanya dilakukan dengan pembunuhan terhadap kaum pria dewasa yang dianggap potensial sebagai pemberontak, sehingga para pengungsi yang tersisa adalah kaum perempuan dan anak-anak saja. Mereka tidak siap dengan makanan yang cukup selama pengungsian ditambah lagi dengan serangan suku Kurdi disepanjang jalan menuju daerah pengungsian. Saat mereka tiba di daerah pengungsian di Suriah, banyak pengungsi yang pada akhirnya meninggal akibat penyakit dan kekurangan gizi. Beberapa orang Armenia yang berhasil menuju ke pesisir diangkut oleh kapal-kapal Sekutu. Beberapa pengungsi lainnya lari ke daerah kekuasaan Rusia, tapi nasib mereka tidak lebih baik daripada saudara-sudara mereka di Suriah.
Hancur dan bangkitnya Armenia
Daerah teritorial yang sebelumnya dihuni oleh orang-orang Armenia hilang dalam sekejap akibat tergencet oleh kepentingan Rusia dan Turki yang sedang berperang dalam Perang Duni I saat itu. Setelah kekalahan Turki, daerah teritorial Armenia jatuh ke tangan Rusia yang kemudian berganti menjadi Uni Soviet.
Pada tahun 1991, pemerintah Uni Soviet tumbang dan Armenia mendeklarasikan kemerdekaannya. Namun hingga saat ini kasus genosida Armenia pada tahun Perang Dunia I tersebut masih menjadi kontroversi dan dijadikan alat politik. Dikarenakan mayoritas penduduk Armenia adalah Kristen dan Turki adalah Muslim, kasus ini sering dijadikan alat kampanye untuk meraup dukungan.