Pada pertengahan Perang Dunia I, tepatnya pada tanggal 15 Februari 1915, Sayap Kanan Rajput Infantri Ke-5 Angkatan Darat India yang ditempatkan di Singapura oleh Kerajaan Britania Raya melakukan revolusi dan perlawanan yang mengakibatkan terbunuhnya 40 tentara dan penduduk sipil berkebangsaan Inggris. Perlawanan ini dikenal dengan istilah Pembelotan Singapura atau Singapore Mutiny. Konon, pemberontakan ini ada hubungannya dengan Jerman yang menjadi musuh Inggris dalam PD I kala itu.
Latar Belakang
Sebelum Perang Dunia I, banyak wilayah di Afrika dan Asia yang dikuasai oleh penjajah Eropa. Kurangnya sumber daya untuk merekrut dan mengirim tentara dari Eropa membuat para penjajah mulai mempertimbangkan untuk merekrut tentara lokal. Meskipun direkrut dari orang-orang yang terjajah, mereka ini terkenal sangat loyal terhadap penjajahnya karena sepertinya mereka mendapatkan gaji yang lebih dari cukup untuk ukuran mereka. Di India dan sekitarnya yang berada di bawah kekuasaan Britania Raya, orang-orang Sikh, Nepal, Gurkha dan Punjab menjadi sumber utama tentara lokal. Para tentara 'lokal' ini juga ditempatkan tidak hanya di India, tapi juga di daerah-daerah kekuasaan pemerintah kolonial Britania lainnya. Malaysia dan Singapura juga merupakan salah satu daerah penempatan para tentara lokal ini.
Demoralisasi
Seiring dengan berjalannya waktu, semangat nasionalisme dari negara-negara terjajah mulai tumbuh, termasuk juga dari India. Partai Ghadar adalah salah satu partai nasionalis pertama yang muncul di India. Partai ini menanamkan pengaruhnya ke semua tempat dimana terdapat populasi penduduk keturunan India. Salah satunya adalah di Singapura, dimana disana terdapat Infantri Angkatan Darat ke-5. Disini, Partai Ghadar menanamkan semangat nasionalisme kepada para tentara India yang kebetulan disitu banyak beragama Islam melalui seorang pedagang warung kopi bernama Kassim Mansoor. Pengaruh yang ditanamkan oleh Kassim Mansoor terbukti efektif dan menumbuhkan demoralisasi pada serdadu India di Infantri ke-5.
Pemberontakan di Tahun Baru Cina
15 Februari 1915 adalah Tahun Baru Cina atau Imlek dan merupakan hari libur di Singapura. Dalam suasana libur yang tenang ini, tiba-tiba terdengar letusan senjata yang ditembakan oleh salah seorang serdadu bernama Ismail Khan. Para serdadu pembelot lalu membunuh beberapa serdadu Inggris yang ada di barak militer pada sore hari lalu menjarah stok amunisi yang ada di gudang. Setelah itu mereka terbagi dalam dua kelompok. Satu kelompok bertahan di barak militer, dan satu kelompok lainnya menuju ke barak Tanglin untuk membebaskan tahanan Jerman yang ada di sana dengan harapan mereka mau bergabung dengan para pemberontak. Setelah itu para pemberontak menyerbu jalanan di Singapura dan membunuh orang-orang Eropa yang mereka dapati di jalanan.
Alasan pemberontakan
Pemberontakan yang sangat tiba-tiba ini membuat otoritas Inggris kebingungan dan kaget. Apa sebenarnya yang menjadi alasan mereka memberontak? Ternyata selain pengaruh semangat nasionalisme dari Partai Ghadar, pemberontakan ini juga dipicu oleh berita bohong yang dihembuskan oleh para Jerman yang berhasil ditangkap dari Kapal Perang Jerman, Emden. Para tahanan ini berhasil menipu para serdadu Muslim Gurkha dan memutarbalikkan fakta bahwa serdadu yang akan dikirim ke Hong Kong pada 16 Februari tahun itu sebenarnya dikirim untuk menghadapi para serdadu Muslim Turki, bukan ke Hong Kong. Hasutan ini semakin menguatkan keyakinan mereka untuk membelot.
Kerjasama Sekutu memadamkan pemberontakan
Setelah mengetahui adanya pemberontakan, Otoritas Britania Raya melakukan aksi balasan yang melibatkan Marinir dari HMS Cadmus, kepolisian Singapura, militer dari Kesultanan Johor, serta marinir dari Kapal Jepang, Perancis dan Rusia yang saat itu berada di sekitar Singapura. Selama pertempuran melawan para pemberontak, 56 pemberontak tewas. Pemberontakan yang dilakukan dengan persiapan seadanya ini dengan mudah dipatahkan. Selain itu, harapan akan bantuan dari para tahanan Jerman kandas dan alih-alih membantu para pemberontak, mereka malah kabur dari penjara.
Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan, pada 23 Februari 1915 diadakan pengadilan militer dan sebanyak 47 pemberontak yang berhasil ditangkap dieksekusi mati. Kaseem Mansoor juga dianggap bersalah karena menghasut dan dihukum gantung pada tanggal 31 Mei.
Sumber artikel:
http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_570_2005-01-24.html
Sumber gambar:
http://ww1blog.osborneink.com/?p=5710