Dean Acheson adalah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat saat rejim Presiden Harry S. Truman berkuasa dari tahun 1949-1953. Lalu apa yang istimewa dari seorang menteri dengan kumis khasnya ini?
Setelah berakhirnya Perang Dunia II dengan kemenangan pihak Sekutu yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris dan Uni Soviet, terjadi perpecahan antara kubu Amerika Serikat dengan kubu Uni Soviet yang menganut paham komunisme. Perpecahan dan saling curiga diantara kedua kubu ini memicu apa yang kemudian terkenal dengan nama Perang Dingin.
Perang Dingin ini ditandai dengan munculnya dua blok negara-negara di dunia, yakni Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Nah, Blok Barat disimbolkan oleh fakta keamanan yang bernama NATO - North Atlantic Treaty Organization. NATO ini diinisiasi oleh Dean Acheson pada tahun 1949.
Dean Acheson saat menandatangani pembentukan NATO. Dean Acheson dianggap sebagai salah seorang anti-komunis yang berpengaruh di Amerika Serikat. Meskipun demikian, pada Januari 1950 ia membuat pidato kontroversial mengenai peran AS dalam situasi keamanan di Pasifik dengan mengatakan bahwa peran militer AS tidak selalu bisa menjadi solusi terhadap konflik di wilayah tersebut dan jalur non-militer adalah hal yang harus ditekankan. Pidato Acheson ini dianggap sebagai pemicu Korea Utara melakukan agresi terhadap Korea Selatan pada tanggal 25 Juni 1950 karena Korea Utara yakin merasa aman tidak akan ada yang ikut campur dalam agresi mereka.
Meskipun demikian, sehari setelah agresi tersebut, Acheson berhasil meyakinkan negara-negara di PBB untuk mengeluarkan resolusi yang mengecam serangan Korea Utara tersebut. Kritik justru banyak dilontarkan terhadap Acheson karena keberhasilannya meloloskan resolusi tersebut dianggap sebagai sebuah keberuntungan karena Uni Soviet tidak hadir dalam Sidang Keamanan PBB tersebut karena masih melakukan boikot terkait kehadiran perwakilan Republik Nasionalis China pimpinan Chiang Kai Sek yang dianggap sebagai negara ilegal oleh Uni Soviet. Seandainya Uni Soviet hadir, tentu saja mereka akan memveto keputusan yang bisa merugikan Korea Utara yang merupakan negara komunis.
Berdasarkan Resolusi PBB tersebut, AS dan Sekutunya mengirimkan kekuatan militernya di bawah pimpinan Jenderal Douglas McArthur pada tanggal 30 Juni 1950. Acheson sendiri saat itu diangkat sebagai penasihat perang oleh Presiden Truman. McArthur yang terkenal dengan keberhasilannya memukul mundur Jepang pada Perang Dunia II menunjukan kecerdasan militernya pada Perang Korea. Dia berhasil memukul mundur Korea Utara dengan cara membagi serangan menjadi dua. Satu serangan difokuskan untuk memukul mundur pasukan Korea Utara dari Korea Selatan, sedangkan serangan lainnya ditujukan untuk memukul mundur pasukan Korea Utara dari negaranya sendiri. Keberhasilan AS berhasil menyingkirkan kekuatan komunis Korea Utara secara total dari semenanjung Korea. Mereka melarikan diri ke perbatasan Korea-RRC.
Tawanan Korea Utara yang dikawal oleh seorang tentara Sekutu. Kemunduran Korea Utara ini seharusnya sudah cukup bagi AS dan Korea Selatan. Namun, bagi Acheson semua itu belum cukup. Ia diduga meminta kepada Jenderal McArthur untuk menumpas tuntas komunis Korea Utara. Namun ada juga yang menduga bahwa McArthur sendirilah yang berambisi melakukan penumpasan. Ambisi AS ini justru berakibat buruk, karena justru memancing keterlibatan RRC dalam Perang Korea. Pada 25 November 1950, RRC ikut campur dengan mengirim 300.00 pasukan melawan pasukan sekutu AS.
Sekutu tidak mampu menahan gempuran RRC ini dan mereka terpukul mundur sampai ke perbatasan Korea Utara-Korea Selatan. Kekalahan Sekutu ini tentu sangat menyakitkan bagi Acheson, namun ia malah menyalahkan Jenderal McArthur. McArthur dihujat habis-habisan di Amerika Serikat dan gagal digadang menjadi calon presiden berikutnya. Ia bahkan tenggelam dalam dunia perpolitikan AS dan Perang Korea dianggap sebagai Perang Yang Terlupakan atau Forgotten War.
Acheson sendiri dengan cerdasnya berhasil 'bertahan' dan ia bahkan diangkat sebagai penasihat perang Perang Vietnam setelah ia lengser menjadi Menteri Luar Negeri. Ia menjadi penasihat perang di empat masa kepresidenan yakni masa Presiden Truman, Presiden Eisenhower, Presiden Kennedy dan Presiden Nixon. Meskipun demikian, ia sering diserang oleh politisi anti-komunis Joseph R. McCarthy yang menganggap Acheson terlalu lembek terhadap komunis dan menuduh bahwa Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat disusupi oleh antek-antek komunis di masa kepemimpinan Acheson.