Langsung ke konten utama

Busung Lapar di Lumbung Beras: Sebuah Ironi Berulang di Pulau Lombok

Lombok sangat terkenal dengan busung laparnya. Banyak orang yang mengira hal tersebut adalah mitos, namun catatan sejarah dan penelitian menunjukan bahwa Lombok pernah mengalami bencana kelaparan besar paling tidak tiga kali pada akhir abad ke-19 dan pada abad ke-20. Bahkan salah satunya menjadi ide utama dalam sebuah film Hollywood yang dilarang penayangannya oleh pemerintah Orde Baru.


Tiga bencana kelaparan besar di Lombok yang tercatat oleh sejarah terjadi pada tahun 1890an, 1940 dan periode 1963-1966.
Masyarakat di Australia mengumpulkan donasi beras untuk bencana kelaparan di Lombok (1966).

Bencana Kelaparan Tahun 1890an
Bencana ini disebabkan oleh meletusnya Gunung Tambora di Sumbawa dan pemberontakan Sasak terhadap Kerajaan Karangasem. Di lain pihak, Pemerintah Hindia Belanda sangat ingin sekali mengambil alih pulau yang merupakan lumbung padi ini. Kerajaan Karangasem pada waktu itu menjual hasil pertanian dari Lombok ke beberapa pedagang asing lainnya selain Belanda, seperti Denmark dan Inggris. Hal tersebut membuat Pemerintah Hindia Belanda 'cemburu'. Bencana kelaparan ini lalu dijadikan salah satu justifikasi untuk melancarkan ekspedisi militer demi merenggut Lombok dari tangan Kerajaan Karangassem oleh Pemerintah Hindia Belanda. Namun sayang tidak terdapat catatan resmi mengenai adanya korban meninggal atau tidak dalam bencana kelaparan ini.
Kondisi masyarakat Sasak di Lombok saat bencana kelaparan.

Bencana Kelaparan Tahun 1940
Peringatan pertama akan bencana kelaparan disampaikan oleh Residen Bali dan Lombok, H.J.E. Moll pada 11 Juni 1938. Namun Pemerintah Hindia Belanda tidak menduga lumbung padi seperti Lombok akan mengalami defisit pangan. Empat hari setelah laporan diterima pemerintah pusat di Batavia, H.J.E. Moll mengambil cuti ke Belanda sehingga laporan yang ia sampaikan tidak ditindaklanjuti. Dua bulan kemudian Pemerintah Hindia Belanda memberi keringanan upeti kepada daerah terdampak kelaparan seperti Lombok Timur dan Lombok Selatan. Harapannya agar masyarakat Lombok tidak mengkonsumsi padi yang akan dijadikan sebagai bibit pada musim tanam selanjutnya.
Namun di bulan Juli tahun yang sama terjadi bencana banjir besar di Lombok Selatan yang menyebabkan terjadinya gagal panen secara besar-besaran. Selain itu, musim hujan yang diharapkan datang pada bulan Oktober tidak terjadi.
Awal 1940 masyarakat Lombok mengalami bencana kelaparan akibat tidak adanya padi. Perkiraan kasar pemerintah Hindia Belanda mengatakan lebih dari ratusan orang mengalami kelaparan.
Catatan mengenai bencana kelaparan di Lombok tahun 1940.


Bencana Kelaparan Tahun 1963-1066
Diperkirakan 10.000 sampai dengan 50.000 orang meninggal dunia akibat bencana kelaparan sejak tahun 1963 sampai dengan 1966, yang mayorintas terjadi di Lombok Selatan. Menurut penelitian, kelaparan ini disebabkan oleh meledaknya populasi Lombok yang melampaui produksi padi, ketidak merataan kepemilikan lahan sehingga menyebabkan banyak penduduk miskin tanpa lahan pertania  yang tidak kebagian padi. Bencana kelaparan bahkan sampai menarik perhatian dunia internasional. Di Australia, masyarakat berbondong mendonasikan beras dan uang untuk meringankan bencana kelaparan yang terjadi di Lombok.
Bencana ini bahkan diangkat menjadi salah satu tema dalam sebuah film Hollywood yang berjudul 'Days of Living Dangerously'. Film ini dibintangi oleh Mel Gibson (yang terkenal dengan aksinya di film Mad Max) dan Sigourney Weaver (yang terkenal membintangi Ripley dalam film Alien). Film ini juga mengambil tema tentang kerusuhan yang terjadi setelah peristiwa G30S/PKI, kerena bencana kelaparan di Lombok kebetulan bertepatan dengan peristiwa politik terbesar di Indonesia tersebut.

Beberapa adegan dalam film 'Days of Living Dangerously'.

Referensi:
  1. 6 Lance Brennan, Les Heathcote and Anton Lucas, ‘The causation of famine: a comparative analysis of Lombok and Bengal 1891-1974’, South Asia. Journal of South Asian Studies 7 no. 1 (1984) 1-26: 3-4. dalam Tetteroo, Sander, 'Famine in the Netherlands East Indies, c. 1900-1904', Leiden University (2014), https://openaccess.leidenuniv.nl/handle/1887/24908.
  2. Lombok Expedition 1894, Dirk Teeuwen MSc Dutch military operations in Lombokwww.indonesia-dutchcolonialheritage.nl/LombokExpeditie/Lombok.pdf
  3. L Brennan, 'The role of the individual administrator in famine relief: Three case studies', Disasters, 1984.

Postingan populer dari blog ini

Guru Sang Ratu: Abdul Karim, Dari Pelayan Menjadi Orang Kepercayaan Ratu Victoria

Jalan Berliku Terbangunnya Masyarakat Di Pulau Lombok (Bag. 4)

Jalan Berliku Terbangunnya Masyarakat Di Pulau Lombok (Bag. 3)

Seni Menyidik Tanpa Kekerasan Dari Veteran PD II