Mendengar interogasi atau penyidikan militer dan polisi, mungkin kita akan terbayang penyiksaan tawanan ala Abu Gharib oleh tentara AS, atau ala Lubang Buaya yang terkenal dalam film Penumpasan G30S/PKI. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu bahwa cara itu sebenarnya tidak efektif. Dua orang penyidik yang bekerja pada dua kubu yang saling berlawanan pada Perang Dunia II ini membuktikan bahwa ada cara yang lebih efektif dari sekedar menyiksa tawanan.
Hanns Scharff adalah seorang penyidik Luftwaffe atau Angkata Udara pasukan Jerman di Perang Dunia II, sementara Sherwood Moran adalah seorang penyidik di Marinir Amerika Serikat di perang yang sama. Meskipun keduanya berada pada dua kubu yang berbeda, namun mereka berbagi pandangan yang sama dalam hal interogasi, yakni menghindari penyiksaan, pengancaman dan pemaksaan. Selain tidak efektif, ketiga hal tersebut bahkan sebenarnya sudah diatur dalam dan dapat melanggar Konvensi Jenewa.
Keahlian mereka berdua dalam teknik penyidikan membuat mereka disegani dan sekaligus dihormati oleh tawanan-tawanan yang pernah mereka interogasi. Bahkan Hanns Scharff ditawari untuk pindah ke Amerika Serikat setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II.
Mayor Sherwood Moran saat 'mewawancarai' tawanan Jepang pada Perang Dunia II.
Hanns Scharff
Ada empat komponen penting yang diterapkan oleh Hanns Scharff saat menginterogasi tawanan.
Yang pertama adalah melakukan pendekatan yang ramah.
Yang kedua adalah tidak memaksakan untuk mendapatkan informasi.
Yang ketiga adalah pura-pura mengetahui semuanya.
Yang keempat adalah teknik menyamakan atau mempertentangkan fakta.
Banyak studi tentang penyidikan yang kemudian didasarkan atas teknik yang dikemukakan Scharff. Penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa perilaku interpersonal dalam interogasi, seperti tidak menghakimi, menghormati, dan bersikap hangat, lebih efektif dalam mengungkapkan lebih banyak fakta dari para tawanan.
Hanns Scharff dalam balutan seragam serdadu Nazi Jerman.
Sherwood Moran
Setali tiga uang dengan Scharff, teknik penyidikan yang diterapkan oleh Sherwood Moran juga menggunakan pendekatan seperti pertemanan, dan bahkan lebih terlihat seperti sebuah wawancara daripada sebuah interogasi.
Teknik yang pertama adalah dengan menempatkan diri setara dengan tawanan daripada menempatkan diri sebagai 'penguasa' si tawanan. Selain itu, sering kali penyidik terjebak untuk menjadi pembalas dendam atas kematian teman-temannya di medan pertempuran. Hal ini menurut Moran harus dihindari untuk menjadi penyidik yang efektif.
Yang kedua adalah dengan menggunakan agenda tersembunyi dalam mewawancarai tawanan. Cara ini dilakukan dengan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang terkait langsung dengan fakta yang ingin digalli.
Yang ketiga adalah dengan tetap menunjukan ketegasan dan karakter yang kuat agar tidak dipermainkan oleh si tawanan.
Yang keempat adalah dengan menyadari bahwa si penyidik dan si tawanan adalah sama-sama manusia.
Yang kelima, jika memungkinkan, adalah dengan menggunakan bahasa ibu sang tawanan.
Saat Perang Dunia kedua, Sherwood Moran ditugaskan di front terdepan melawan Jepang, dan kebetulan juga Moran pernah tinggal cukup lama di Jepang saat ayahnya bertugas sebagai misionaris di sana, sehingga ia menguasai Bahasa Jepang dengan lancar.
Mayor Sherwood Moran bersama anak-anak Jepang saat Perang Dunia II.
Teknik penyidikan kedua veteran Perang Dunia II tersebut dijadikan rujukan oleh berbagai institusi militer, kepolisian dan intelejen modern di Amerika Serikat dan berbagai belahan dunia. Namun demikian beberapa waktu yang lalu, Indonesia sempat dihebohkan dengan kematian Siyono, seorang pria asal Klaten yang diduga teroris, saat diinterogasi di Jakarta. Hal ini tentu menjadi pertanyaan sejauh mana aparat penyidik di Indonesia belajar menjadi interogator yang efektif.
Referensi:
- https://psmag.com/social-justice/nazi-interrogator-revealed-value-kindness-84747
- https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2005/06/truth-extraction/303973/
- http://www.historycommons.org/entity.jsp?entity=sherwood_f__moran_1
- http://regional.kompas.com/read/2016/03/12/23203901/Siyono.Terduga.Teroris.Asal.Klaten.Dikabarkan.Meninggal.di.Jakarta