Langsung ke konten utama

Jalan Berliku Terbangunnya Masyarakat Di Pulau Lombok (Bag. 4)

Di bawah kekuasaan Hindia Belanda, Lombok menjadi bagian dari Kerisedenan Bali dan Lombok dengan pusat di Singaraja. Banyak hal yang berubah dibandingkan saat Kekuasaan Karangasem, salah satunya adalah pemeretaan pembangunan Timur dan Barat.


Baca dulu bagian ke 1, ke 2 dan ke 3.

Zaman Hindia Belanda

Administrasi di Pulau Lombok dibagi menjadi tiga oleh Belanda, yakni
  1. Lombok Barat dengan pusat di Mataram 
  2.  Lombok Tengah dengan pusat di Praya 
  3.  Lombok Timur dengan pusat di Selong
Lombok Barat mayoritas dihuni oleh orang Hindu Bali sedangkan orang Sasak sebagian besar terkonsentrasi di Lombok Tengah dan Lombok Timur. Di bawah pemerintahan Hindia Belanda, daerah timur lebih dikembangkan daripada daerah di bagian barat. Hal ini terlihat dengan didirikannya pelabuhan khusus bagi jamaah haji dan lapangan udara di Lombok bagian timur.


Pelabuhan Haji di Lombok Timur

Lapangan udara Rambang di Lombok Timur.

Berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda ternyata tidak lebih baik dari Kerajaan Karangasem. Beberapa kali terjadi pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda. Alasan terjadinya pemberontakan ini secara umum ada dua, yakni:
  1. Penarikan pajak yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda secara semena-mena. Mereka turun ke kampung-kampung dan mengambil hasil pertanian rakyat yang mereka anggap sebagai pajak. Hal ini menyebabkan munculnya kemarahan dari orang Sasak. 
  2.  Penyebaran Kristen dan pembangunan gereja di Lombok dianggap sebagai perbuatan orang kafir yang dapat mengancam Islam di Lombok.
Beberapa pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda yang cukup terkenal adalah pemberontakan di daerah Gandor dan Pringgabaya, Lombok Timur. Sebagian besar pemberontakan yang dilakukan terhadap Hindia Belanda dipimpin oleh pemuka agama Islam yang disebut Tuanguru. Selain perlawanan dengan senjata, para tuanguru juga melakukan perlawanan secara kultural. Hal ini dilakukan dengan menolak budaya-budaya barat yang diperkenalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dan melakukan kajian-kajian agama Islam yang lebih intensif untuk membendung budaya Barat.

Pasar Masbagik tahun 1929

Sekelompok orang di Masbagik tahun 1929
 Pasar Masbagik tahun 1929
Pasar Hewan Masbagik tahun 1929
 Perempuan Sasak tahun 1920
Gendang Belek pada tahun 1929
Seorang Datu Sasak tahun 1920


Referensi: 

Dutch Colonialism and Indonesian IslamContacts and Conflicts, 1596-1950 oleh Karel A. Steenbrink.

Sumber Gambar: Tropenmuseum

Postingan populer dari blog ini

Busung Lapar di Lumbung Beras: Sebuah Ironi Berulang di Pulau Lombok

Guru Sang Ratu: Abdul Karim, Dari Pelayan Menjadi Orang Kepercayaan Ratu Victoria

Jalan Berliku Terbangunnya Masyarakat Di Pulau Lombok (Bag. 3)

Seni Menyidik Tanpa Kekerasan Dari Veteran PD II