Langsung ke konten utama

Pertempuran Tsushima Jepang versus Rusia, Bukti Orang Asia Bisa Menang Melawan Eropa.

Pada paruh kedua abad ke-19, teknologi baru mengubah angkatan laut dunia. Kapal layar kayu digantikan oleh kapal perang baja dengan mesin berbahan bakar batu bara yang dilengkapi dengan artileri yang lebih canggih. Rusia dan Jepang adalah termasuk negara yang pertama kali bertempur dengan teknologi baru ini. Pada bulan Mei tahun 1905, armada laut Rusia dihancurkan oleh armada Jepang di Selat Tsushima, yang memberikan bukti bahwa bangsa Asia tidak bisa dipandang sebelah mata.



Pada tahun 1895, Jepang mengalahkan Cina dan menguasai semenanjung Liaodong dimana terdapat pelabuhan penting yang bernama Port Arthur, dimana nama pelabuhan ini diambil dari nama seorang serdadu Kerajaan Inggris yang bernama William C. Arthur yang berperang dalam Perang Opium kedua pada tahun 1860. Pelabuhan ini sangat penting bagi Kekaisaran Rusia karena merupakan pelabuhan air hangat bagi Rusia, dimana pelabuhan ini tidak akan membeku di musim dingin.

Atas desakan militer dan politik Rusia, Jerman dan Perancis, Jepang dipaksa untuk melepaskan pengakuannya atas semenanjung Liaodong melalui Perjanjian Shimonoseki yang ditandatangani pada 24 April 1895. Dengan berat hati Perdana Menteri Ito Hirobumi mengumumkan penarikan pasukan Jepang serta membayar ganti rugi dalam jumlah yang besar. Jepang terpaksa melakukan hal ini karena secara militer, kekuatan Jepang kalah jauh dari gabungan kekuatan militer Rusia, Jerman dan Perancis.

Hengkangnya Jepang tersebut dimanfaatkan oleh Rusia, Jerman, Perancis dan bahkan Inggris untuk mengakuisisi daerah-daerah pelabuhan di Cina. Rusia bahkan memperluas pengaruhnya di daerah Manchuria. Mengetahui hal tersebut, Jepang merasa dicurangi dan merasa khawatir dengan meluasnya pengaruh Rusia. Mereka dengan cepat belajar untuk meningkatkan kekuatan militer mereka, terutama kekuatan angkatan laut.

Dalam kurun waktu tujuh tahun kekuatan angkatan laut Jepang telah dilengkapi dengan empat kapal penjelajah dan empat kapal perang baru. Mikasa adalah salah satu kapal perang baru yang dimiliki oleh Jepang yang dibangun oleh Vickers, di galangan kapal Inggris di daerah yang bernama Barrow-in-Furness, dengan biaya sebesar 8,8 juta Yen. Kapal ini adalah kapal perang paling kuat di kelasnya pada saat itu. Kapal ini mulai dibangun pada tahun 1899 dan rampung pada tahun 1902.

Di kurun waktu yang sama, Rusia membangun kapal jelajah yang bernama Aurora. Pembangunan kapal ini merupakan bagian dari program skala besar yang bertujuan untuk mempertajam potensi militer Rusia di Samudera Pasifik yang diberi nama Armada Pasifik. Kapal jelajah ini selesai dibangun pada tanggal 10 Oktober 1903. Setelah selesai dibangun, kapal jelajah ini menempuh perjalanan panjang dari gelada Kronstadt menuju ke Port Arthur di Timur Jauh. Ini adalah perjalanan yang sangat panjang karena Aurora harus melalui Eropa, Afrika, Samudera Hindia dan akhirnya menuju ke Cina untuk kemudian menuju ke Vladivostok. Meskipun demikian, kapal penjelajah ini sempat kembali ke geladak akibat adanya protes dari salah satu laksmana yang bernama Makarov dan mengalami sedikit perbaikan. Saat kapal ini mengangkat jangkarnya dari geladak untuk kedua kali, Jepang menyatakan perang atas Rusia pada tanggal 8 Februari 1984. Di perjalanan menuju ke Cina, kapal jelajah ini sempat “lecet” akibat salah paham yang terjadi di Laut Utara yang dikenal dengan nama insiden Dogger Bank yang terjadi pada malam antara 21 dan 22 Oktober 1904. Insiden ini terjadi akibat kapal Rusia mengira kapal nelayan Inggris sebagai kapal perang Jepang, sehingga mereka menembaki kapal nelayan tersebut dan juga menembaki kapal Rusia lainnya yang berlayar bersama.

Setelah mendeklarasikan perang atas Rusia, Angkatan Laut Jepang menembaki armada laut Rusia di Port Arthur. Selain itu Jepang juga menyerang kapal penjelajah Varyag dan kapal meriam Korietz yang saat itu sedang berada di pelabuhan Chemulpo, Korea. Serangan yang mendadak ini membuat Kekaisaran Rusia terkejut karena mengira Jepang tidak akan melakukan serangan terhadap Rusia. Rusia menerima pernyataan deklarasi perang dari Jepang ini sehari kemudian, dan membalas menyatakan perang atas Jepang delapan hari berikutnya.

Setelah serangan atas Port Arthur, Jepang melakukan blokade terhadap armada Rusia yang saat itu berada di Port Arthur. Saat itu, armada Rusia dipimpin oleh Lasmana Makarov. Ia merupakan laksamana pertama yang memimpin armada laut Rusia di Pasifik. Pada tanggal 12 April 1904, Laksmana Makarov tewas saat memimpin dua kapal Rusia, Petropavlovsk dan Pobeda, untuk kabur dari blokade Jepang. Kedua kapal tersebut meledak setelah menabrak ranjau laut yang disebar oleh Jepang. Petropavlovsk tenggelam bersama Laksmana Makarov, sedangkan Pobeda berhasil kembali ke pelabuhan. Blokade Jepang ini membuat pihak Rusia benar-benar kewalahan.

Pada tanggal 10 Agustus 1904, terjadi Pertempuran Laut Kuning, dimana kapal tempur Rusia yang bernama Tsesarevich bersama dengan enam kapal perang, empat kapal penjelajah dan 14 kapal pemburu bertopedo di bawah pimpinan Laksamana Vitgeft berhadapan dengan armada jepang pimpinan Laksamana Togo Heihachiro dengan empat kapal perangnya dan dibantu dengan 10 kapal penjelajah dan 18 kapal pemburu bertopedo. Armada pimpinan Laksaman Vitgeft sebenarnya sedang dalam perjalanan menuju Vladivostok, namun Laksmana Togo tidak mengizinkan hal itu terjadi dan menghantam kapal-kapal Rusia. Mereka bahkan tidak peduli jika Laksmana Vitgeft telah tewas dan terus menghantam kapal-kapal yang tersisa. Angkatan Laut Jepang benar-benar mendominasi.

Sementara itu, kapal penjelajah Aurora dan squadronnya sedang dalam perjalanan panjangnya menuju semenanjung Korea. Pada saat sedang berada di Madagaskar, meereka mendengar bahwa Squadron pertama di Port Arthur telah kalah dari Jepang. Mengetahui hal ini, Rusia mengirimkan kapal perang tambahan yang dipimpin oleh Laksama Muda Nebogatov. Setelah bertemu, Squadron Kedua ini lalu dikomandoi oleh Wakil Laksamana Rozhestvensky. Tujuan dari Squadron Kedua ini adalah

Pada tanggal 14 Mei 1905, cuaca di lautan berkabut. Armada Rusia memilih untuk melewati selat Tsushima yang terletak diantara Jepang dan Korea. Mereka secara terang-terangan menunjukan diri mereka dan tidak berusaha bersembunyi dari Jepang yang kemungkinan besar sedang berjaga-jaga di perairan tersebut. Dan betul saja, armada laut gabungan Jepang muncul dari balik remang-remang kabut yang menutupi selat Tsushima. Armada Jepang ini bergerak sejajar di bawah pimpinan Wakil Laksamana Togo Heihachiro yang saat itu berada di kapal perang Mikasa.

Squadron Kedua Kekaisaran Rusia terdiri dari 8 kapal perang, 3 kapal perang pesisir, 3 kapal penjelajah, 3 kapal penjelajah besar, 1 kapal penjelajah kelas dua, 1 kapal penjelajah pendukung, 9 kapal penghancur dan 7 kapal pendukung. Sedangkan armada Kekaisaran Jepang terdiri dari 4 kapal perang kelas satu, 8 kapal penjelajah, 2 kapal penjelajah besar, 10 kapal penjelajah kecil berpelindung, 1 kapal perang kelas dua, 3 kapal penjelajah kelas dua, 3 kapal penjelajah bertopedo, 21 kapal penghancur serta 43 perahu torpedo. Jumlah armada Jepang memang jauh lebih banyak daripada squadron Rusia. Selain itu, meriam Jepang jauh lebih unggul daripada Rusia, dimana peluru meriam yang digunakan memiliki hulu ledak sehingga selain menghantam kapal musuh, peluru ini juga meledak seperti bom, sedangkan peluru yang digunakan Rusia tidak memiliki hulu ledak sehingga hanya berfungsi untuk menghantam kapal musuh.

Secara perlahan, armada Jepang mendekati squadron Rusia dari arah utara. Laksamana Togo berencana untuk berhadapan langsung dengan squadron Rusia dan melakukan manuver memotong secara tegak lurus untuk kemudian mengepung Rusia secara berputar yang mirip dengan formasi Kuruma Gakari. Kapal Rusia memulai serangan terlebih dahulu pada pukul 01:49 siang. Mikasa kemudian melakukan serangan balasan dan fokus menyerang kapal perang Knyaz Suvorov. Beberapa kapal Rusia memborbardir ke arah Mikasa. Tembakan salvo serentak dari kapal Rusia secara akurat Mikasa dengan kalibar 19 dan kaliber medium selama 15 menit. Namun tembakan kapal-kapal Jepang jauh lebih akurat dan mereka lebih beruntung. Sebagian besar peluru Rusia menghantam Mikasa yang ukurannya lebih besar dan tahan terhadap tembakan-tembakan tersebut.

Di saat Laksmana Togo mengawasi jalannya perang dari anjungan kapal perang Mikasa, Laksamana Rozhestvensky justru mengamati dari menara komando. Ketika sebuah peluru melesat ke arahnya dan meledak, kepala Laksamana Rozhestvensky terluka sangat parah. Pertempuran ini berlangsung selama 40 menit, sampai akhirnya komodor kedua dari Squadron Rusia terluka lagi, satu kapal perang tenggelam dan dua lainnya mengalami kerusakan parah. Kapal ketiga yang memimpin squadron berusaha untuk kabur ke arah Vladivostok.

Ketika kapal-kapal Jepang semakin mendekati kapal Rusia, Laksamana Togo mengubah formasi tempurnya secara tiba-tiba. Ia menggerakan seluruh kapalnya secara massal menjauh dari kapal-kapal musuh. Jepang lalu memborbardir kapal-kapal Rusia dengan kekuatan yang sama kuat dengan awal-awal pertempuran. Di saat yang sama kapal perang Borodino berhasil melewati kapal-kapal Jepang dari arah yang berlawanan dan mendekati kapal penjelajah Rusia yang melindungi barang bawaan menuju Vladivostok.

Kapal penjelajah Aurora merupakan bagian dari divisi penjelajah yang dipimpin oleh Laksmana Muda Enqvist mendapatkan perintah untuk melindungi kapal barang. Kapal ini bergabung dalam pertempuran 40 menit kemudian bersama-sama dengan kapal penjelajah Oleg ketika kapal-kapal barang Rusia dihantam oleh kapal-kapal perang Jepang bersama dengan kapal perang tua Zhenyuan yang merupakan kapal perang sitaan Jepang dari Cina. Meskipun terkena hantaman peluru Jepang dan kehilangan 9 krunya, Aurora berhasil keluar dari kemelut di Selat Tsushima.

Setelah digempur habis-habisan selama tiga jam, Laksamana Rozhestvensky menyerahkan pucuk komando kepada Laksamana Muda Ivanovich Nebogatov yang diperintahkan untuk kabur dari serangan Jepang dan menuju Vladivostok dengan kapal yang tersisa. Divisi tempur Jepang yang dibawah pimpinan Mikasa berhasil mengejar kapal-kapal Rusia ini dan memotong jalur mereka sebelum bisa keluar dari selat Tsushima. Mereka dibom habis-habisan yang menyebabkan dua kapal perang Rusia berhasil ditenggelamkan secara berturut-turut dalam jarak 20 menit.

Pertempuran sempat terhenti saat matahari terbenam dan kapal-kapal squadron Rusia yang berhasil kabur melanjutkan perjalanan menuju ke Vladivostok. Kapal-kapal ini berjalan sejajar dimana Kapal Aurora berada di sebelah paling kiri dan mereka mematikan semua lampu-lampu milik mereka untuk sembunyi dari Armada Jepang. Namun demikian, Armada Jepang saat itu telah dilengkapi dengan radio, sehingga kapal-kapal kecil yang berpatroli di sekitar selat Tsushima bisa langsung memberitahu Laksmana Togo apabila mereka melihat atau mendengar suara kapal yang mencurigakan. Sebuah kapal dagang bernama Shinano Maru berhasil mendeteksi keberadaan kapal-kapal Rusia saat itu dan langsung memberitahukan pihak militer melalui radionya. Hal inilah yang menyebabkan bagaimana Laksamana Togo mengetahui keberadaan kapal yang kabur ini dan langsung mengejar sisa squadron ini sebelum mencapai Selat Tsugaru, karena dikhawatirkan apabila melewati selat ini, kapal-kapal ini bisa berpencar di lautan yang lebih luas untuk menghindari serangan Jepang.

Pada serangan yang kedua yang berlangsung pada malam hari ini, kapal-kapal Jepang melepaskan Torpedo yang berhasil menghancurkan sisa-sisa squadron dan menyebabkan Laksamana Muda Nebogatov menyerahkan diri. Hanya empat kapal penjelajah dan tiga kapal torpedo yang berhasil lepas dari jebakan Selat Tsushima, dimana salah satunya adalah Aurora.

Pertempuran Tsushima ini menyebabkan kekalahan yang besar di pihak Rusia dimana 19 kapal perang berhasil ditenggelamkan, 2 kapal diledakan oleh kru mereka sendiri, 7 kapal dikuasai oleh serdadu Jepang, 6 kapal ditawan bersama krunya, 3 kapal mengalami kerusakan meskipun berhasil mencapai Vladivostok, 5.015 serdadu dan kelasi Rusia tewas, 803 luka parah dan 6.106 ditahan oleh Jepang. Sedangkan Jepang hanya kehilangan 3 perahu torpedo dan 699 orang tewas.

Kekalahan Rusia dalam pertempuran laut ini diikuti juga oleh kekalahan mereka di pertempuran darat. Kemenangan Jepang atas Rusia ini memberikan angin segar bagi bangsa-bangsa di Asia yang saat itu sebagian besar berada di bawah jajahan atau pengaruh bangsa-bangsa Eropa. Angin segar ini kemudian melahirkan sikap-sikap nasionalisme di berbagai penjuru Asia, termasuk di Indonesia. Para pemuda Indonesia kemudian mengadakan pertemuan pada tahun 1928 yang melahirkan deklarasi Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah lahirnya bangsa baru bernama Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis dan agama dan menyatakan Indonesia sebagai bahasa mereka.

Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Russo-Japanese_War#Declaration_of_war
https://www.youtube.com/watch?v=ink4S1adrhw

Postingan populer dari blog ini

Busung Lapar di Lumbung Beras: Sebuah Ironi Berulang di Pulau Lombok

Guru Sang Ratu: Abdul Karim, Dari Pelayan Menjadi Orang Kepercayaan Ratu Victoria

Jalan Berliku Terbangunnya Masyarakat Di Pulau Lombok (Bag. 4)

Jalan Berliku Terbangunnya Masyarakat Di Pulau Lombok (Bag. 3)

Seni Menyidik Tanpa Kekerasan Dari Veteran PD II